Mengatasi lingkungan kerja toxic bagi HR merupakan salah satu tugas yang sangat krusial. Hal ini cukup mendasar karena lingkungan kerja toxic beberapa waktu ini kerap menjadi perbincangan di media sosial. Terlebih, tidak sedikit karyawan yang speak up mengenai lingkungan kerja mereka.
Hanya saja, perlu disadari bahwa permasalahan lingkungan kerja toxic ini bukan hanya tentang viral semata. Lebih dari itu, pada dasarnya karyawan senantiasa mendambakan lingkungan kerja yang kondusif, nyaman dan juga mendukung perkembangan mereka.
Lantas, jika di dalam perusahaan terdapat kesan lingkungan kerja yang cenderung toxic, apa yang sebaiknya dilakukan oleh HR untuk mengatasinya?
Dampak Buruk Lingkungan Kerja Toxic
Sebagaimana disinggung sebelumnya, lingkungan kerja yang toxic adalah permasalahan yang cukup serius dan harus segera diatasi. Pasalnya, bukan hanya karyawan yang akan terkena dampak masalah ini, melainkan juga perusahaan nantinya.
Ada beberapa dampak serius yang akan terjadi jika masalah ini tidak segera diatasi, seperti:
- Tingkat stress karyawan yang cenderung tinggi di mana nantinya karyawan akan merasa adanya tekanan luar biasa ketika mereka bekerja
- Karyawan yang cenderung lebih rentan mengalami burnout sehingga kinerja mereka tidak maksimal dan produktivitas pun akan menurun
- Meningkatnya persentase turnover karyawan di mana menjadi tanda bahwa karyawan merasa tidak betah untuk bertahan dalam perusahaan tersebut
Selain beberapa poin di atas, masalah lingkungan kerja toxic secara berkesinambungan memiliki potensi employer branding dari perusahaan. Nantinya, reputasi perusahaan pun akan tercoreng dan tingkat kepercayaan mitra ataupun klien pada perusahaan pun akan menurun.
Penyebab Lingkungan Kerja Toxic
Dengan dampak buruk yang tidak bisa dianggap remeh dan terkesan sangat serius, HR tentu tidak bisa berpangku tangan ketika menemukan permasalahan ini terjadi di lingkungan kerja karyawan. Namun, apa yang sebenarnya menjadi sebab munculnya lingkungan kerja yang toxic tersebut?
Terkait permasalah ini, lingkungan kerja yang cenderung toxic memang tidak serta-merta muncul begitu saja. Terlebih, di sisi lain, manajemen sudah menerapkan sistem kerja yang tepat.
Permasalahan ini terjadi karena berbagai faktor yang berbeda. Misalnya saja, kepemimpinan manajemen perusahaan yang cenderung buruk dan kurang berpihak pada karyawan menyebabkan karyawan merasa tertekan ketika menjalankan tugas mereka.
Selain itu, dinamika yang terjadi pada tim termasuk adanya superioritas senior turut menjadi biang masalah ini. Ditambah lagi, adaya egoisme dan persaingan yang kurang sehat di antara karyawan yang ingin mendapatkan predikat baik dari pimpinan membuat space kerja menjadi area yang tidak kondusif dan penuh kecurigaan.
Ciri-ciri Lingkungan Kerja Toxic, Seperti Apa?
Sebenarnya, lingkungan kerja toxic bisa dilihat dari beberapa ciri umum yang cukup nampak. Tentu, ciri-ciri ini bisa menjadi semacam pegangan bagi HR dan manajemen untuk menentukan rencana dan sikap agar permasalahan lingkungan kerja yang kurang kondusif ini bisa diatasi.
Secara umum, beberapa ciri dari lingkungan kerja yang cenderung toxic di antaranya:
1. Gaya Komunikasi yang Buruk
Gaya komunikasi karyawan merupakan salah satu penanda bagaimana lingkungan kerja mereka. Jika ternyata ditemukan gaya komunikasi antar karyawan yang buruk dan menegaskan dominasi, misalnya, maka bisa jadi lingkungan kerja mereka cenderung toxic.
2. Atasan yang Cenderung Micromanage
Micromanagement merupakan istilah yang menggambarkan sifat atasan yang mengelola serta mengontrol pekerjaan secara berlebihan hingga ke detail paling kecil. Sikap seperti ini bisa membuat karyawan tidak percaya diri hingga merasa selalu diawasi. Dampaknya, kinerja mereka pun tidak optimal.
3. Hubungan yang Buruk antar Karyawan
Ciri lain dari lingkungan kerja yang toxic adalah hubungan yang cenderung buruk antar karyawan. Munculnya gosip tentang seseorang, adanya circle pertemanan yang saling menjatuhkan ataupun kebiasaan mengumbar masalah pribadi di lingkungan kantor menjadi tanda lingkungan kerja yang tidak sehat.
Selain beberapa poin di atas, persaingan kerja yang cenderung tidak sehat juga menjadi ciri lingkungan kerja toxic. Contohnya, karena ingin mendapatkan pujian, karyawan melakukan sabotase pada pekerjaan karyawan lain.
Tips HR Mengatasi Lingkungan Kerja Toxic
Dengan dampak yang cukup merugikan, terutama berkaitan dengan pencapaian kinerja dan eksistensi perusahaan, lingkungan kerja toxic tidak boleh dibiarkan begitu saja. Dalam hal ini, HR harus bergerak aktif untuk menyelesaikan permasalahan yang muncul di permukaan dan juga mencari akar permasalahan.
Ada beberapa langkah yang sebenarnya cukup efektif untuk diaplikasikan guna mengatasi lingkungan kerja karyawan yang cenderung toxic ini. Beberapa di antaranya adalah:
1. Melakukan Identifikasi Masalah
Untuk mengatasi lingkungan kerja yang toxic, HR sebaiknya melakukan identifikasi masalah terlebih dahulu. Ini adalah poin awal yang cukup krusial, terutama untuk mengetahui seperti apa kondisi lingkungan kerja sebenarnya di perusahaan.
Terkait hal ini, HR bisa melakukan semacam survey karyawan secara anonim untuk mendapatkan feedback jujur dari karyawan terkait dinamika kerja dan kondisi lingkungan kerja. Setelah itu, lakukan wawancara mendalam pada beberapa karyawan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang permasalahan yang ada.
2. Memperbaiki Pola Komunikasi
Pola komunikasi yang buruk berperan besar membentuk lingkungan kerja yang toxic. Oleh karenanya, agar lingkungan kerja cenderung kondusif dan masalah toxic productivity juga tidak terjadi, maka HR harus memperbaiki pola komunikasi.
Ada cukup banyak cara yang bisa diaplikasikan guna membangun komunikasi yang lebih baik antar karyawan atau antara atasan dengan karyawan. Misalnya saja, menyediakan saluran komunikasi yang aman bagi karyawan untuk curhat ataupun mengadakan semacam forum terbuka untuk mendengarkan pertanyaan dari karyawan.
3. Membangun Kondusifitas Lingkungan Kerja
Selain memperbaiki pola komunikasi, HR dan manajemen juga perlu membangun lingkungan kerja yang kondusif. Tidak menampakkan senioritas dalam manajemen kerja adalah contoh upaya membangun lingkungan kerja yang lebih baik.
Selain itu, mengatasi persaingan yang tidak sehat antar karyawan juga menjadi hal yang tidak boleh dilupakan. Dalam hal ini, manajemen mungkin bisa melakukan rolling pada karyawan untuk mencegah adanya dominasi yang berlebihan.
Di sisi lain manajemen pun tentu perlu berbenah. Memberikan feedback positif atas kinerja karyawan merupakan upaya nyata agar lingkungan kerja lebih kondusif. Serta, hindar pola manajemen yang terlalu strict seperti micromanagement yang membuat karyawan tidak nyaman.
Tentu saja, masih ada banyak cara yang bisa HR dan manajemen lakukan untuk mengatasi lingkungan kerja toxic. Namun, beberapa poin di atas bisa dijadikan langkah awal agar permasalahan di lingkungan kerja bisa segera diatasi.
Nantinya, manajemen bisa berkonsultasi dengan HR konsultan untuk menemukan langkah yang tepat. Termasuk, memberikan pelatihan dan pengembangan terutama berkaitan dengan manajemen konflik.