Sejumlah isu terkait etika kerja Gen Z di media sosial masih menjadi perbincangan hangat, terutama oleh kalangan generasi Milenial dan Boomer. Pola serupa menunjukkan bahwa masalah ini tidak bisa dibiarkan. Terlebih, kita hidup di era Gen Z, sehingga sangat jelas upaya kita harus menyesuaikan karakteristik mereka.
Bukan berarti mengikuti semua yang mereka inginkan, melainkan demi tercapainya harmoni di perusahaan. Mengingat Gen Z merupakan generasi dengan usia paling produktif saat ini, juga sebagai upaya mempersiapkan generasi pekerja penerus berikutnya untuk terus memutar roda perusahaan.
Lantas, bagaimana manajemen perusahaan harus menyikapinya agar tidak salah langkah? Kami telah melakukan analisa mendalam terkait isu ini dan memiliki solusinya.
Karakteristik Gen Z dan Faktor yang Mempengaruhi Etika Kerja Mereka
![Alasan Gen Z sering pindah kerja, Sumber: insider.com](https://catalitics.com/wp-content/uploads/2024/05/Alasan-Gen-Z-sering-pindah-kerja.jpg)
Untuk bisa menyikapi dengan baik suatu masalah sosial, kita perlu memahami karakteristik generasi Z terlebih dahulu. Di mana karakteristik ini merupakan faktor yang mempengaruhi etika mereka dalam bekerja.
Berbincang tentang karakteristik generasi Z, ada tiga hal yang menonjol yaitu:
1. Lebih Realistis
Kesan anak muda yang mengedepankan idealisme tidak ada dalam kamus Gen Z saat menyikapi pekerjaan. Karakter inilah yang membuat mereka cenderung memilih perusahaan yang bisa mensejahterakan diri mereka.
Karakter tersebut tidak lain merupakan dampak dari generasi awal yang dikenal dengan istilah “the great recession”. Mereka adalah “produk” dari orang tua yang mengalami kesulitan secara finansial, yang mempengaruhi sebagian besar hidup mereka.
Itulah sebab dari fenomena di mana lulusan Pendidikan dan Pertanian lebih memilih untuk bekerja di luar jurusan mereka, mahasiswa melepas secara sepihak kontrak magang demi offering letter, serta job-hopping atau suka pindah kerja demi meningkatkan finansial.
2. Menyukai Transparansi, Kemandirian, Fleksibilitas dan Kebebasan
Tidak hanya Indonesia, negara luar juga mengalami masalah serupa terkait etika Gen Z. Diterbitkan oleh Forbes, pekerja senior Amerika mengeluhkan masalah etika Gen Z yang kurang rapi, tidak melakukan kontak mata saat berbicara, permintaan gaji yang tidak realistis, tidak bisa berkomunikasi dengan baik, dan kurang menunjukkan ketertarikan di tempat kerja.
Tidak jauh berbeda dengan yang dialami pekerja senior di sini. Etika kurang manis tersebut besar kemungkinan dipengaruhi karakteristik mereka. Yang mana sebenarnya mereka menyukai transparansi, baik terkait instruksi, tugas, gaji, dan lainnya sejelas mungkin.
Etika kurang baik mereka perihal kolaborasi bertolak belakang dengan karakter mereka yang mandiri. Itulah alasan mengapa banyak para pekerja generasi Z memilih bekerja secara remote. Terkait karakter mereka yang lain yaitu fleksibilitas dan kebebasan. Bisa dibilang, era pandemi turut berperan dalam membentuk karakter mereka ini.
3. Cenderung Mandiri, Kompetitif, Gigih dan Pekerja Keras
Hantaman pandemi memaksa generasi Z untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan. Di mana saat itu mereka harus berusaha sendiri untuk beradaptasi di masa pandemi, dengan memahami pelajaran mereka di sekolah sekaligus memahami teknologi.
Keterpaksaan itu membentuk mereka menjadi pribadi yang mandiri, kompetitif, gigih, dan juga pekerja keras. Di sisi lain, mereka memiliki kemauan belajar yang tinggi, yang jika diarahkan dengan baik oleh manajemen bisa menjadi investasi berharga bagi perusahaan.
Dampak Pergeseran Etika Kerja Gen Z bagi Perusahaan
![Pergeseran etika kerja Gen Z, Sumber: gallup.com](https://catalitics.com/wp-content/uploads/2024/05/Pergeseran-etika-kerja-Gen-Z.jpg)
Generasi Z memiliki etika kerja yang berbeda dari generasi sebelumnya. Beberapa prinsip yang mereka pegang misalnya mereka sangat mengedepankan stabilitas (terkait jam kerja, career path, kontrak) dan keamanan finansial (asuransi, rencana pensiun) dan mendambakan work-life balance.
Tidak hanya itu, Gen Z pun banyak berharap menginginkan pekerjaan tatap muka dengan banyak fleksibilitas. Meskipun, mereka juga tetap setia pada perusahaan yang memiliki nilai-nilai yang sejalan dengan panggilan hati (calling) mereka.
Nah, pergeseran yang begitu terasa bagi perusahaan adalah tentang keinginan Gen Z yang menuntut fleksibilitas akan jam kerja dan lingkungan yang mendukung keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
Tentunya, hal tersebut menyulitkan perusahaan untuk membangun keterikatan mereka terhadap perusahaan untuk menghasilkan pekerja-pekerja yang loyal. Jika turn-over tinggi, bukan saja kinerja perusahaan yang terganggu, melainkan dana lebih yang perlu dipersiapkan untuk melakukan perekrutan.
Selain itu, perusahaan juga dituntut untuk terus menunjukkan dampak positif terhadap masyarakat demi memenuhi kebutuhan “calling” atau panggilan hidup mereka yang ingin melakukan pekerjaan yang bermakna.
Tips HR Mengatasi Pergeseran Etika Kerja Gen Z
![Pendekatan efektif kepada Gen Z oleh HR, Sumber: ringcentral.com](https://catalitics.com/wp-content/uploads/2024/05/Pendekatan-efektif-kepada-Gen-Z-oleh-HR.jpg)
Untuk mengatasi pergeseran etika kerja Gen Z, diperlukan pendekatan yang cermat dan inovatif dari departemen HR. Berikut adalah beberapa tips untuk menghadapinya:
1. Transparansi
Transparansi adalah kunci kesuksesan membangun kepercayaan dengan karyawan Gen Z untuk mendapatkan loyalitas mereka. Kejujuran dan keterbukaan dari manajemen adalah hal yang diinginkan, terkait berbagai aspek. Mulai dari kebijakan internal hingga career mapping yang ditawarkan.
Mulai saja dulu dengan menerangkan benefit apa saja yang didapatkan Gen Z pada halaman lowongan kerja perusahaan Anda. Jika tidak sanggup memberikan benefit perusahaan rata-rata, banyak alternatif untuk menggantikan, seperti makan siang gratis, konsultasi psikolog, dan lain-lain.
Keterbukaan ini tidak hanya meningkatkan kepercayaan mereka, tetapi juga membuat mereka merasa lebih dihargai dan termotivasi.
2. Branding
Solusi ini adalah untuk mengatasi masalah etika kerja yang terkait dengan “calling” yang dikedepankan generasi saat ini. Panggilan hati akan kebermanfaatan peran yang mereka jalani saat ini, entah membawa perubahan pada lingkungan atau pola pikir masyarakat.
Sudah banyak contoh, salah satunya yang belum lama ini menarik simpati Generasi Z adalah kampanye #GrabMartBeautyReady.
Dalam kampanye tersebut, Grab menggunakan mitra driver perempuan (bukan dari usia muda) mereka sebagai model kampanye iklan tersebut. Sangat berbeda dari biasanya, sangat inklusi, dan sangat keren karena berani membuat gebrakan baru dalam menciptakan perspektif sosial. Di mana perempuan berhak memiliki kesempatan kerja, tanpa mengenal gender dan usia.
Tentunya, kegiatan branding ini perlu dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan. Terkait misi sosial dan kontribusi kepada masyarakat yang menarik perhatian Gen Z.
3. Peluang Pertumbuhan
Gen Z yang ditempa masa resesi pada orang tua mereka serta masa pandemi saat mereka tumbuh, membentuk mereka menjadi pribadi yang memahami realitas betapa cepatnya dunia berubah. Sehingga mereka lebih tertarik dengan perusahaan yang menyediakan ruang bagi mereka untuk dapat berkembang di tempat kerja.
Biasanya, dalam bentuk program pelatihan berkelanjutan serta pendampingan (mentorship) terkait pengetahuan spesifik industri yang melampaui ruang kelas perguruan tinggi. Hasil akhirnya bukan sekadar mengembangkan keterampilan, tetapi sekaligus mencapai tujuan karir.
Cukup banyak perusahaan yang bekerja sama dengan sejumlah startup yang bergerak di bidang edutech sebagai fasilitator karyawan mereka dalam memenuhi aspek ini.
Catalitis: Mengatasi Tantangan Pengelolaan Tenaga Kerja Gen Z
![Jasa HR Strategi Konsultan Catalitics, Sumber: imimg.com](https://catalitics.com/wp-content/uploads/2024/03/Jasa-HR-Strategi-Konsultan-Catalitics.jpg)
Tips terkait etika kerja yang kami berikan tidak dapat disamakan antara satu perusahaan dengan yang lainnya. Diperlukan penyesuaian yang tepat agar output-nya sesuai dengan yang diharapkan perusahaan dan tidak sampai merugikan.
Catalitics siap memberikan solusi tepat untuk mengatasi tantangan SDM masa kini. Tenaga ahli kami merupakan para profesional yang tengah berkecimpung lama di bidang pengembangan produk dan bisnis di perusahaan multinasional dan BUMN terkemuka.
Dapatkan solusi strategi pengembangan SDM yang tepat kepada HR Konsultan kami untuk menyelesaikan permasalahan bisnis Anda!